Jika
membayangkan kata peradaban lantas apa yang tersirat dibenak kita?.Berbicara peradaban maka kita mulai berbicara SDM (Sumber Daya Manusia).
Untuk membangun sebuah peradaban madani tentu dibutuhkan pendidikan untuk
menghasilkan kualitas SDM yang baik maka SDM yang baik tentu tak lepas dari hasil
produksi Pendidikan. Bagi mahasiswa yang berlatar belakang pendidikan tentu sudah
tidak asing lagi dengan kata ini dan sudah lebih memahami makna dan tujuan pendidikan
itu sendiri.
Sekilas saya bahas salah satu pengertian Pendidikan. “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlakmulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1) . Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan dengan pendidikan seorang manusia mempunyai potensi besar untuk memiliki kualitas terdidik sehingga bisa menjadi manusia yang berguna. Jika manusia memiliki kualitas terdidik seperti kriteria yang disebutkan dalam Undang-undang maka Negara tentunya akan memiliki SDM yang berkualitas dan negeri ini bukan lagi menjadi Negara berkembang namun menjadi Negara maju. Pertanyaannya, apakah memang sudah terealisasikan hal tersebut? Dengan melihat berbagai fakta krisis pendidikan di negeri ini, tentulah jawabannya belum Ambilah, Salah satu contoh kasus yang hangat saat ini adalah carut marut UN dan pergantian kurikulum 2013. Pihak pro dan kontra dari kalangan birokrat, guru, mahasiswa, warga terus memperdebatkan hal ini namun seperti kasus-kasus sebelumnya yang melebur dan tidak pernah usai layaknya cuplikan film yang bertuliskan to be continue namun saying belum selesai satu episode malah dimunculkan episode baru. Masih adakah masalah pendidikan selain itu? Coba jawablah dengan hati dan pikiran anda.
Sekilas saya bahas salah satu pengertian Pendidikan. “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlakmulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1) . Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan dengan pendidikan seorang manusia mempunyai potensi besar untuk memiliki kualitas terdidik sehingga bisa menjadi manusia yang berguna. Jika manusia memiliki kualitas terdidik seperti kriteria yang disebutkan dalam Undang-undang maka Negara tentunya akan memiliki SDM yang berkualitas dan negeri ini bukan lagi menjadi Negara berkembang namun menjadi Negara maju. Pertanyaannya, apakah memang sudah terealisasikan hal tersebut? Dengan melihat berbagai fakta krisis pendidikan di negeri ini, tentulah jawabannya belum Ambilah, Salah satu contoh kasus yang hangat saat ini adalah carut marut UN dan pergantian kurikulum 2013. Pihak pro dan kontra dari kalangan birokrat, guru, mahasiswa, warga terus memperdebatkan hal ini namun seperti kasus-kasus sebelumnya yang melebur dan tidak pernah usai layaknya cuplikan film yang bertuliskan to be continue namun saying belum selesai satu episode malah dimunculkan episode baru. Masih adakah masalah pendidikan selain itu? Coba jawablah dengan hati dan pikiran anda.
Sudah
terbayangkah masalah-masalah itu? Lantasapa yang bisa kita perbuat setelah kita
melihat fakta-fakta “kemiskinan pendidikan” di tanah air yang kita pijakan ini?.
Ingatkah dulu ketika MOKA, kita dikenalkan dengan 3 peranan mahasiswa yaitu
social control, iron stock dan agent of change maka sudah sepantasnya kita menyadari
fitrah kita sebagai mahasiswa. Tidakkah terketuk hati kita ketika saudara-saudara
kita diluar sana kehilangan haknya untuk mengenyam pendidikan ataukah kita tega
melihat anak-anak kita kelak terpuruk dalam pendidikan yang sudah tidak sehat bilamana
mahasiswa saat ini hanya diam, tidak peduli dengan fenomena degradasi kualitas
SDM pendidik di Indonesia. Mari maksimalkan peranan kita. Tidak cukup dengan kita
hadir full time dalam setiap agenda kuliah, namun perlunya sejak saat ini kita mengasah
hati dan pikiran kita atas permasalahan pendidikan yang terjadi hari ini. Bukankah
fungsi kita adalah untuk menyelesaikan masalah rakyat? Bukan sekedar mengejar nilai,
gelar, karir dan kedudukan. Sebagai calon pendidik maka sensitifitas terhadap permasalahan
pendidikan sudah menjadi sebuah keharusan yang melekat dalam jiwa kita. Dan
bukankah manusia yang paling baik adalah manusia yang bermanfaat bagi orang
lain?. Jangan sampai kita menjadi bungkus snack kosong yang telah diproses dengan
teknologi canggih namun tetap berakhir di tempat pembuangan sampah.
Siapakah
yang menculik Soekarno ke rengasdengklok dan memaksanya untuk segera mendeklarasikan
kemerdekaan? Siapakah yang menggulingkan tirani Soeharto pada era orde baru?. Jawabannya
Mahasiswa. Mahasiswa adalah kaum intelektual yang terkenal dengan kekritisan,
kreatif, dan solutif. Maka peradaban ada di tangan mahasiswa dengan sikap kekritisannya
terhadap berbagai permasalahan hingga memunculkan tekad untuk menyelesaikan masalah
tersebut dengan tindakan. Maka dengan visi yang sama yaitu membangun peradaban madani,
mahasiswa mampu menjadi pembangun peradaban. Apalagi dengan status sebagai pendidik
maka kita memiliki peranan yang cukup besar untuk mencetak SDM berkualitas yang
mampu untuk menyulap negeri ini menjadi sepenggal firdaus hingga lahir SDM dari
negeri yang siap berekspansi ke negeri lain untuk mewujudkan cita-cita membangun
peradaban yang madani. Mari kita mulai hari ini dengan langkah praktis. Mulailah
dari membangun kekritisan terhadap isu-isu pendidikan di negeri ini minimal isu
pendidikan di kampus sendiri, lalu munculkanlah budaya diskusi dalam forum
kajian isu, bersama merumuskan solusi dan mulailah bersama bergerak dengan arah
dan landasan yang benar dan terbaik. Selalu yakin bahwa setiap proses akan baik
bila niat lurus dan setiap hasil akan baik mana kala kita berdoa dan yakin kepada
sang Pencipta.
Siapa yang bisa menguatkan hati mereka (rakyat)
dan membela hak mereka jika bukan kita (kaum intelektual). Ketika tidak ada lagi yang
menyuarakan kepedihan rakyat kepada pemimpin di sana,
maka berarti sudah tidak ada lagi pemuda.
Setiap muslim bersaudara dan dimanapun tempat mereka berada maka disana tanah air
kita dan sudah sepantasnya kita membela mereka dimanapun mereka berada.
Anak-anak yang kelak kita lahirkan
Anak-anak yang kelak menjadi
keturunan kita
Merekalah generasi masa depan
Maka mampukah kita melihat mereka
dalam keterpurukan
Karena kelalaian kita dalam membenahi
negeri hari ini
Generasi masa depan tergantung
pada generasi sekarang
Bila kita mengecap pahitnya hari
ini maka jangan biarkan pahit ini dikecap oleh anak-anak kita
Menyelamatkan anak-anak kita
adalah Menyelamatkan generasi Masa Depan
Menyelamatkan generasi masa depan
dimulai dari mengoptimalkan peranan kita sebagai mahasiswa
Kembali kepada fitrah mahasiswa
yaitu kaum intelektual yang berkarakter, selalu bergerak dan berdedikasi untuk
agama dan negeri ini
-Maya Kusdiantini-
(Kimia 2011 C)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar